BWS Sumatera II: Diperlukan Secepatnya Penyelesaian Pembebasan Lahan Agar Pembangunan Bendung Sei Silau Selesai
MEDAN,pelitarakyat.co.id – Balai Wilayah Sungai (BWS) Sumatera II menanggapi ramainya sorotan media terhadap proyek pembangunan Bendungan dan Saluran Suplesi Sei Silau yang dianggap berbagai kalangan belum dirasakan manfaatnya, bahkan pengerjaan pembangunan proyek tersebut belum terselesaikan dan terkesan lambat.
Untuk itu Kepala BWS Sumatera II Medan melalui Kasatker SNVT PJPA, Robby Indra Garita menjelaskan bahwa pada dasarnya, proyek pembangunan bendung dan saluran suplesi Sei Silau tersebut adalah upaya untuk memenuhi kebutuhan air pada DI (Daerah Irigasi-red) Eksisting di Serbangan sekitar 6000 Ha. Angka ini juga tidak termasuk dengan lahan rawa berpotensi yang dapat dikembangkan sebagai DI yang baru.
“Permasalahan sebelum dibangunnya bendung ini adalah kekurangan air di Sungai Bunut, yang merupakan sumber air untuk Daerah Irigasi Exsisting di bagian Hilir Sungai Bunut. Maka untuk meningkatkan fungsi tata jaringan DI, direncanakan Suplesi dari Sei Silau.
Selanjutnya keseluruhan DI di Sei Bunut akan menjadi satu kesatuan dari DI Sei Silau. Adapun Potensi andalan Sei Bunut 1,66 m3/det, sedangkan potensi debit andalan Sei Silau 13,69 m3/det,” jelas Robby Indra Garita secara tertulis yang diterima media ini, Sabtu,(10/08/2024).
Robby lebih rinci menjelaskan, dengan maksud tersebut secara master plan, maka direncanakan pembangunan terbagi dalam 3 tahap, yaitu, Tahap I, pembangunan bendung dan saluran suplesi ke Sei Bunut, Tahap II, melaksanakan pelebaran/pendalaman Sei Bunut, Tahap III, membangun saluran suplesi Bunut – Beluru.
Diakuinya, saat ini BWS Sumatera II baru melaksanakan pembanguna Tahap I (Pertama), yang dilakukan melalui dana APBN TA.2018-2021 (MYC). Adapun ruang lingkup utama pelaksanaan adalah sebagai berikut : Tubuh Bendung 1 Buah, Kantong Lumpur 1 Buah, Tanggul Back Water dan Bronjong pada Sungai Sei Silau dan Tanggul Penutup Saluran Suplesi (Terlaksana 5,8 Km dari rencana 8,66 Km).
Menurut Kasatker SNVT PJPA, kendala saat pelaksanaan, kala itu adalah terdapat sisa 2,86 Km Saluran Suplesi, dari Sei Silau ke Sungai Bunut yang tidak dapat dikerjakan sampai dengan akhir proyek.
“Hal ini dikarenakan permasalahan lahan, yang tidak kunjung selesai sampai kontrak berakhir, sehingga saluran belum mencapai Sungai Bunut, sehingga air belum dapat dialirkan ke Sungai Bunut untuk dapat mensuplai air.”papar Robby.
Dengan demikian, lanjut Robby, kekurangan pekerjaan tahap 1 yang masih perlu diselesaikan adalah pembangunan lanjutan untuk pengerjaan sisa saluran suplesi (2,86 km), perkuatan saluran suplesi sepanjang total 8,66 Km (saat ini baru galian tanah terbuka), dan dibutuhkan juga beberapa titik proteksi di hulu dan hilir bendung termasuk di beberapa anak sungai.
“Selain itu kami berharap pihak Pemda bisa membantu kami dalam penyelesaian masalah lahan, sehingga kami dapat mengusulkan penyelesaian Tahap 1. Setidaknya saat musim kemarau air dapat disuplai ke Sungai Bunut walaupun dengan debit yang belum optimal (Diperlukan pembangunan Tahap 2 yaitu melebarkan Sungai Bunut untuk dapat mengoptimalkan debit air dari Sungai Silau ke Sungai Bunut).” ungkapnya.
Dikatakan, untuk Tahap II, agar dapat mengairi bagian hilir, setelah suplesi tersambung, maka diperlukan pelebaran dan perkuatan Sungai Bunut sepanjang 24 Km, dan juga terdapat beberapa jembatan dan box culvert sepanjang sungai bunut. Tahap II ini diharapkan dapat mengairi areal seluas 5.250 Ha.
Dengan Potensi Pengembangan 8.450 Ha, namun pelaksanaannya akan menemui tantangan yang besar terkait dengan kebutuhan lahan di kanan dan kiri Sungai Bunut, karena perlu pelebaran.
Hal ini, ucapnya, selain untuk menambah kemampuan Sungai Bunut menerima pasokan air dari Sungai Silau, juga untuk mereduksi banjir yang biasa terjadi didaerah ini. Akan tetapi disekitar Sungai Bunut sudah banyak dikuasai masyarakat. Sehingga selain biaya fisik, juga diperlukan biaya pembebasan yang cukup tinggi dan butuh kerjasama semua pihak untuk dapat memaksimalkan pekerjaan ini.
“Untuk Tahap III, yang merupakan penyempurnaan system ini, maka diperlukan Suplesi dari Sei Bunut menuju Sei Beluru. Adapun potensinya adalah dapat menambah air untuk mengairi lahan irigasi seluas 750 Ha dan dengan potensi pengembangan menjadi 2.250 Ha,” pungkasnya. (r/b)