Ketua GML-IB Lamtim Soroti Dugaan Bisnis Prostitusi Di Desa Tambah Dadi
LAMPUNG TIMUR,pelitarakyat.co.id – Maraknya bisnis prostitusi di Kabupaten Lampung Timur (Lamtim) kian mengkhawatirkan banyak pihak. Apalagi praktek bisnis “esek-esek” di wilayah itu sudah berlangsung tahunan berkedok warung tuak.
Hal tersebut diakui oleh Windarto, salah seorang pemilik warung tuak, di Desa Tambah Dadi, Kecamatan Purbolinggo, Kabupaten Lampung Timur, saat dikonfirmasi pada Selasa (3/6/2025). Dia mengatakan bahwa usaha warung tuak yang digelutinya saat ini sudah berjalan sekitar 3 tahun.
Kepada wartawan, Windarto secara terang-terangan mengatakan bahwa dirinya tidak sekadar menyediakan minuman tuak saja. Dia juga menyediakan satu kamar kencan bagi pelanggan warung tuaknya untuk menyalurkan hasrat seks. Dia mematok tarif kamar sebesar Rp 50.000 untuk sekali kencan. Adapun layanan “esek-esek” itu menggunakan jasa pekerja seks komersial (PSK) yang bisa dihubungi sewaktu-waktu.
Di tempat yang sama, seorang pelanggan tidak diketahui identitasnya juga turut mengakui aktivitas dugaan prostitusi di warung tuak milik Windarto itu. Dikatannya, warung tuak Windarto selalu ramai pengunjung dikarenakan tersedianya fasilitas kamar kencan itu.
Saat ditanyakan mengenai pengawasan dari pihak aparat penegak hukum dan pemerintah setempat terhadap usaha yang dilakoninya, Windarto mengakui bahwa kepolisian dan Pamong Praja pernah mendatangi tempatnya untuk memberikan imbauan dan sosialisasi.
Terpisah, Ketua DPD Gema Masyarakat Lokal Indonesia Bersatu (GML-IB) Lampung Timur, Safarudin, menaruh rasa prihatin terhadap kondisi sosial di wilayah itu. Menurut dia, hal ini akan berdampak serius bagi lingkungan sekitar khususnya generasi muda.
“Saya sangat menyayangkan kenapa bisnis prostitusi modus warung tuak seperti ini dibiarkan begitu saja. Ada banyak efek yang akan muncul dari pembiaran ini. Pertama, dampak ekonomi. Jika minum tuak plus memakai jasa PSK tentu akan memengaruhi ekonomi keluarga itu. Kedua, dari sisi kesehatan. Apa bisa dijamin PSK itu sehat tidak terpapar virus seks menular? Coba kita bayangkan pemakai jasa PSK itu pulang ke rumah dengan membawa virus dan berkumpul dengan istri dan anaknya, yang ketiga, anak usia sekolah saat ini sudah terkontaminasi tuak. Anak-anak akan melihat dan meniru,” ujarnya geram.
Lebih lanjut Safarudin mengatakan, pihaknya meminta keseriusan seluruh stake holder untuk mengatasi masalah sosial di wilayah berjuluk Bumei Tuwah Bepadan itu untuk menertibkan keberadaan PSK di warung-warung tuak melalui Perda.
“Kami memohon untuk segera diberantas praktek prostitusi atau pelacuran di warung tuak. Ini kan kategorinya Penyakit Masyarakat. Untuk itu, kami dari DPD GML-IB Lampung Timur meminta aparat penegak hukum, pemerintah daerah melalui Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan dinas terkait lainnya untuk bekerja,” pungkasnya.
Sementara hingga berita ini dimuat, Sekretaris Desa Tambah Dadi yang dihubungi tidak memberikan respon.(D/S/tim)